Ramadhan Sebagai Pemantik Etos Kerja

Oleh Dr. Winarto Eka Wahyudi, M.Pd.I
Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan, Alumni, Kerjasama dan Publikasi Universitas Islam Lamongan

Ramadhan erat kaitannya dengan rasa lemas, ketika kita merasa lemas terkadang kita akan mengalami penurunan produktifitas, baik fisik maupun psikis.
Allah SWT. menyerukan umatnya untuk berpuasa bukan tanpa alasan, melainkan karena 3 premis yang tertera dalam surat Al- Baqarah ayat 183 yang berbunyi
اَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ ۝١٨٣
“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”

Berdasarkan ayat diatas disimpulkan bahwa puasa diwajibkan bagi mereka yang beriman, dan puasa sudah ada sejak terdahulu, serta akhir dari puasa adalah agar menjadi orang yang bertaqwa.
Bertaqwa merupakan sebuah kesadaran yang secara integral, yang artinya kesadran yang memiliki kaitan antara satu dengan lainnya, yaitu antara hati, pikiran,dan tindakan. Orang yang bertakwa adalah orang yang antara hati, pikiran, dan perilakunya saling berkaitan untuk menghamba kepada-Nya.
Takwa ibarat kereta, dimana jalan untuk menuju menjadi orang bertakwa harus sesuai dengan jalan yang sudah Allah tetapkan, dengan demikian, takwa ibarat kereta ialah ia tahu kapan ia harus berhenti dan dimana ia harus berhenti, intinya adalah semua ada batasannya.

Ada dua keistimewaan bagi mereka yang mau bertakwa, yang pertama adalah Allah akan berikan solusi ketika umat-Nya berada dalam masalah, dan Allah akan datangkan rezeki yang tidak tahu darimana sangkanya.
Orang yang bertakwa adalah orang yang mampu mengendalikan nafsu dan ambisinya pada tempat yang sesuai, itu mengapa orientasi kita diperintahkan untuk berpuasa adalah untuk manahan hawa nafsu, agar menjadi orang yang bertakwa.

Etos kerja yang bagus adalah ketika kita tidak ada masalah pada keimanan, iman adalah percaya, ketika kita berbicara mengenai iman maka sudah tidak bisa dirasionalisasikan lagi.
Salah satu bentuk ketakwaan kita adalah beriman, beriman bisa kita realisasikan tidak hanya dengan ibadah diatas sajadah saja, melainkan juga bekerja.
Zaman Nabi terdahulu orang-orang memaknai Jihad Fii Sabilillah adalah dengan perang melawan orag kafir, namun Rasulullah menjawab, bahwasanya melawan kafir tidak hanya semata dengan perang, mengusahakan untuk tidak menjadi manusia yang meminta-minta adalah suatu bentuk Jihad Fii Sabilillah.

“Artinya adalah ketika kita bekerja mencari uang dengan tujuan untuk beribadah dan menghindari meminta-minta maka kita sudah melakukan jihad fii sabilillah” jelas Ustadz Winarto ketika memperjelas makna jihad fii sabilillah.

Tidak hanya itu, beliau juga berkata:
“ketika seseorang itu bekerja diniatkan untuk bribadah, maka ketika ia kembali kerumah dan bersantai untui]k menghilangkan lelah, maka disaat itulah Allah hapuskan dosa-dosanya.”
Diakhir kalimat beliau menyampaikan bahwasanya puasa adalah instrumen untuk kita menjadi manusia yang bertakwa.

Untuk mendapatkan informasi pelaksanaan kegiatan Bina Mulia, Sobat Mulia bisa pantau terus melalui media sosial Bina Mulia.
Sobat Mulia juga bisa menyalurkan donasi melalui :

  • Mandiri : 178.000.189.1221
  • BNI : 899.1234.895
  • BRI : 0011.0100.231.6565
  • BCA : 824.0739.888

Dana yang didonasikan melalui Yayasan Binamulia bukan bersumber dan bukan untuk tujuan pencucian uang (money laundry), termasuk terorisme maupun tindak kejahatan lainnya.

Yayasan Bina Mulia
Scroll to Top