Mental Kuat Bukan Berarti Selalu Baik-baik Saja
Mengapa kesehatan mental menjadi ruang perjuangan baru bagi kita semua?
Di usia remaja hingga dewasa muda, kita hidup dalam masa ketika tuntutan datang dari segala arah: studi, pekerjaan, ekspektasi keluarga, standar sosial, hingga tekanan untuk “berhasil” sebelum waktunya. Di permukaan, semuanya terlihat baik-baik saja. Kita tersenyum, tertawa, produktif — seolah hidup berjalan mulus. Namun di balik layar itu, banyak dari kita menyimpan kecemasan, rasa gagal, kehilangan arah, bahkan perasaan tidak cukup.
Gangguan kesehatan mental tidak selalu hadir dalam bentuk tangisan atau kemarahan. Seringkali ia hadir dalam bentuk diam, lelah, kehilangan semangat, dan ketidakmampuan untuk mengungkapkan apa yang sebenarnya dirasakan.
Menurut berbagai penelitian internasional, lebih dari 60% remaja dan dewasa muda yang mengalami tekanan mental tidak mencari bantuan, bukan karena tidak ingin, tapi karena:
- merasa takut dihakimi,
- tidak tahu harus bercerita kepada siapa,
- atau tidak memiliki akses untuk mendapat dukungan
Setiap orang pasti berjuang, tetapi tidak semua punya tempat untuk bernafas. Ada orang-orang di sekitar kita yang sedang berusaha bertahan tanpa suara.
Di sinilah peran kita dimulai!
Kepedulian dapat menjadi jembatan bagi mereka yang sedang merasa sendiri dalam pertempuran batinnya. Tidak semua dari kita ahli konseling, tidak semua bisa menyembuhkan luka emosional — dan itu tidak apa-apa. Tetapi kita selalu bisa hadir.
Ada banyak program sosial yang bergerak menghadirkan dukungan kesehatan mental: ruang berbagi aman, kelas literasi emosional, kegiatan pendidikan untuk anak muda, dan konseling berbasis komunitas. Upaya ini mungkin tampak sederhana, namun bagi seseorang yang sedang berada di titik paling rapuh, itu bisa menjadi penyelamat.
Mungkin kita tidak mampu menyelesaikan seluruh masalah dunia. Tapi kita bisa mencegah satu jiwa merasa sendirian lagi.