Setiap jam sembilan pagi, Nenek Watanda sudah siap dengan bakul sayurnya.
Langkahnya pelan, rambutnya memutih, tapi semangatnya tak pernah luntur.
Di bawah rindangnya pohon di tepi jalan raya, nenek menggelar dagangannya: bayam, kangkung, terong, kentang—sayur-sayuran segar yang ia jajakan dengan senyum dan suara lembut khas seorang ibu tua.
Meski tubuhnya mulai melemah dimakan usia, Nenek Watanda tak pernah absen berdagang.
Ia duduk di bawah pohon, menata sayurannya di atas meja kecil seadanya. Menawarkan dengan senyum, menawar dengan sopan, dan menyapa setiap yang lewat dengan ramah.
Ia berjualan hingga siang, menunggu jalanan mulai sepi dan matahari condong ke barat.
Jika masih ada sisa dagangan, nenek akan membawanya pulang—itu lah menu makan malamnya.
Nenek Watanda tinggal di sebuah gubuk kecil berdinding triplek bekas dan beratap seng bocor.
Tak ada kamar layak, tak ada kasur empuk. Tapi bagi nenek, itu rumah.
Tempat untuk melepas lelah dan berdoa agar esok ada pembeli yang mampir.
“Yang penting bisa tetap jualan, bisa makan malam, itu sudah cukup,” ucap nenek, lirih namun penuh rasa syukur.
Hidup memang sederhana, tapi bagi nenek, itu bukan alasan untuk menyerah.
Ia tetap berusaha, menyambung hidup dari hasil jualan sayur, meski kadang untungnya tak seberapa.
Yang ia harapkan hanyalah kesehatan agar bisa terus berjualan, dan tempat tinggal yang tak bocor lagi saat hujan datang.
Nenek Watanda tak minta dikasihani. Ia hanya ingin terus berjualan, menyambung hidup dengan cara yang mulia.
#OrangBaik, yuk bantu nenek agar bisa:
✅ Merenovasi gubuknya jadi tempat tinggal yang lebih layak
✅ Memiliki perlengkapan jualan yang layak
✅ Menjalani hari-hari tuanya tanpa harus kedinginan atau kelaparan👉 Klik tombol Donasi Sekarang dan salurkan kebaikanmu melalui:
✅ Transfer Bank (BNI / BCA / Mandiri / BSI)
✅ QRIS
✅ E-wallet: DANA, OVO, GoPay, ShopeePay❣️Sekecil apa pun bantuanmu, bisa jadi besar bagi nenek:
sepiring makan malam, senyum hangat, dan harapan untuk esok yang lebih baik.
Belum ada Fundraiser