Terik panas matahari maupun hujan badai tak menggoyah kan niat mbah untuk jualan dan menunggu sampai ada orang yang beli. Karena itu satu – satunya pekerjaan Mbah untuk dapat terus bertahan hidup. Parti (89) Sebatangkara,buta sudah tidak bisa melihat lagi lengkap sudah rasanya nasib yang di alami, mbah parti hanya jualan kembang kantil untuk orang-orang nyekar di kuburan dan ngga setiap hari hanya hari-hari tertentu, dan setiap kali mbah berangkat jualan di antar oleh ojek pangkalan yang sudah langganan dan pulangnya pun di jemput lagi. “Seadanya mas saya jual, apa saja asal bisa mendapatkan uang untuk makan saya sehari – hari.” (Ucap mbah parti).
Menunggu dari pagi jam 9 pagi sampai sore hari tak ada satupun pembeli tubuhnya pun sudah gemetaran dan kedinginan akibat kehujanan & menahan Lelah dan lapar. Sampai – sampai tubuh nya pun sudah biru pucat, Mantel kresek yang di pakai mbah itupun di kasih orang lewat karena kasian kepada mbah duduk diam dan hujan-hujan an.
Miris setelah suaminya meninggal! Mbah parti berjuang sendiri untuk menyambung hidupnya kembali. Mata mbah yang KATARAK sudah lama dan sudah parah yang membuat mbah tak bisa berbuat banyak lagi di hidupnya, Ketika belum satupun dagangan yang terjual kerap sekali ibu badriyah menangis menahan lapar.
Perjuangan sebatang kara lansia yang seharusnya sudah menikmati masa tua dan sudah istirahat dirumah terpaksa berdagang demi hidup yang berkelanjutan.
Tak ada lagi yang bisa di mintai tolong sama mbah karena mbah sudah tidak mempunyai siapa-siapa lagi, mbah tidak mau merepotkan siapapun oleh sebab itu mbah tak peduli panas maupun hujan ia tetap berjualan demi menyambung hidup.