Bojonegoro – Di ujung jalan sempit berdebu di pinggiran Bojonegoro, tinggal seorang pria paruh baya yang menjadi simbol keteguhan dalam senyap bernama Bapak Juali berusia lima puluh tahun seorang tunanetra yang bekerja sebagai tukang pijat keliling di desanya, walaupun dengan kekuranga yang dimilikinya Bapak Juali tidak pernah pantang menyerah.

Bapak Juari tinggal berdua dengan ayahnya yang sudah lanjut usia yang sekarang ini tidak mampu bekerja maupun beraktivitas normal seperti saat sehat dulu. Saat ini Bapak Juari dan ayahnya hanya tinggal di sepetak rumah, karena hanya itu harta yang mereka punya sebab sebelumnya semua harta benda mereka sudah dijual untuk kebutuhan hidup. Dahulu penglihatannya Bapak Juari normal, namun penglihatan beliau terganggu sejak usia 10 tahun yang dirasakan karena kelilipan, Bapak Juari tidak bisa berobat ke dokter karena tidak memiliki uang dan hanya diberi tetes mata yang dibeli di warung. Lambat laun penglihatan beliau semakin tidak jelas karena ada selaput dimatanya yang menebal. 

Dalam satu hari Bapak Juari biasanya hanya dapat 1 orang saja yang pijat, bahkan ada yang tega memberi uang palsu dan langsung pergi begitu saja karena lokasi pijatnya di pinggir jalan. Terkadang Bapak Juari harus pulang dengan tangan kosong karena tidak mendapatkan pelanggan, biasanya juga Bapak Juari dan sang ayah mendapat bantuan dari tetangga.

Atas kebaikan Sobat Mulia,  Bapak Juari mendapatkan bantuan dari Yayasan Bina Mulia Bojonegoro (28/05/2025) bantuan ini meliputi bantuan dana usaha dan sembako sebagai harapan untuk bisa membantu kehidupan Bapak Juari dan ayahnya. “Terima kasih Sobat Mulia atas bantuan yang sudah diberikan, bantuan ini sangatlah bermanfaat untuk membantu kehidupan saya dan ayah saya. Semoga Yayasan Bina Mulia menjadi lebih sukses dan para donatur selalu dilimpahi kebahagiaan dan rezeki.” Kata Bapak Juari dengan wajah bersyukur