“Hidup di Ujung Harapan: Cerita Perjuangan Fery”
Di tengah hiruk-pikuk kehidupan yang penuh perjuangan, Fery, seorang anak berusia 11 tahun, berdiri tegak di pinggir jalan Dusun Blimbing, Desa Banjararum, Rengel, Tuban. Di bawah terik matahari, ia menjajakan jagung bakar seharga Rp2.000 per buah, senantiasa menatap jalanan yang ramai dengan harapan dan tekad. Fery memilih berdagang setelah serangkaian perundungan yang membuatnya meninggalkan bangku sekolah. Kehidupan di rumah pun tak kalah sulit, ia tinggal bersama kakek, nenek, dan kakaknya yang masih duduk di bangku SMP, sementara ibunya bekerja di luar kota setelah berpisah dengan ayahnya. Tak jarang, Fery harus menghadapi preman yang merampas hasil jerih payahnya, seolah menambah beban di pundaknya.
Semangat Fery tak pernah padam, meskipun hidup sering menghadirkan ujian yang keras. (06/12) Tim Yayasan Bina Mulia datang untuk memberikan sedikit harapan. Kami menemui Fery di tempatnya berjualan, disambut dengan senyum ceria yang menghiasi wajahnya. Ia terlihat sehat, mata penuh semangat, seolah berbicara tentang impian yang tak pernah pudar.
Kedatangan kami membawa bantuan yang diharapkan dapat meringankan beban hidupnya. Sembako dan uang tunai yang kami serahkan bukan hanya sekadar materi, tetapi sebuah simbol bahwa Fery tak sendirian dalam perjalanan ini. Senyum Fery yang mengembang saat menerima bantuan adalah bukti bahwa ada secercah harapan di balik kesulitan. Ia mengingatkan kita bahwa di setiap langkah yang penuh rintangan, masih ada tangan-tangan kebaikan yang siap membantu.
Semoga dengan bantuan ini, Fery dapat merasakan bahwa dunia ini masih penuh kasih, dan mungkin, suatu saat nanti, ia bisa kembali mengejar mimpinya yang tertunda. Karena dalam setiap tetes keringat dan dalam setiap langkah kecilnya, ada kisah keberanian yang pantas untuk dikenang.